Getar - Getar Kerinduan Qalbu ^_^

Rabbi jadikanlah kami wanita-wanita yang menjadi peneguh Ad din-Mu, pengokoh barisan-barisan mujahid-Mu dan penyeruh asma-Mu.


jadikan kami wanita yang sabar sesabar Fatimah Azzahra,
cerdas secerdas Aisyah,
dermawan sedermawan Khadijah,
teguh seteguh Sumayyah,
berani seberani Asma dan secerdik Ummu'Athiyah

jadikan kami wanita-wanita yang akan menjadi penerang dunia dikala dunia dipenuhi dengan kegelapan, jiwa yang tetap istiqamah meski banyak cobaan yang mnimpa. wanita yang membuat bidadari syurga iri dan penduduk bumi.

bimbing kami untuk tetap berada di relsyari'at-Mu agar berkah-Mu selalu menaungi kami..

Amin ya Allah Tabaroka Wa Ta'ala ....

Menyambut Bulan Suci Ramadhan :)

Sucĭkan Hati Raih kemulia'an Gapai Ridha 'Illahi Menuju Ramadhan Penuh Cinta

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*​•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♫•

Segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta.
Shalawat dan salam kepada nabi dan rasul yang paling mulia,
Muhammad bin ‘Abdillah, serta kepada keluarga dan para sahabatnya...

Tulisan ini ditujukan untuk
semua muslim yang akan bertemu dengan bulan Ramadhan
dalam keadaan sehat wal afiat, agar dapat memanfaatkan bulan tersebut dalam ketaatan pada Allah Ta’ala.
Semoga melalui tulisan ini dapat menjadi sarana
untuk membangkitkan semangat di dalam jiwa
seorang mu’min dalam beribadah kepada Allah di bulan yg mulia ini.
Maka penulis memohon kepada Allah Ta’ala
agar diberikan taufik dan jalan yang lurus
serta menjadikan amal ini ikhlas
hanya karena mengharap WajahNya Yang Mulia semata.
Dan semoga Allah mencurahkan shalawat atas junjungan kita,
Muhammad dan kepada keluarganya serta seluruh sahabatnya...

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*​•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♫•

Bagaimanakah Seharusnya Kita Menyambut Ramadhan?

Pertanyaan: Apa saja cara-cara yang benar untuk menyambut bulan yang mulia ini?

Seorang muslim seharusnya tidak lalai terhadap momen-momen untuk beribadah, bahkan seharusnya ia termasuk orang yang berlomba-lomba dan bersaing (untuk mendapatkan kebaikan) didalamnya. Allah Ta’ala berfirman,

وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ )المطففين : 26)

“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berloma-lomba.”
(QS. Al-Muthaffifiin:26)

Maka bersemangatlah wahai saudara-saudara muslim dalam menyambut Ramadhan dengan cara-cara yang benar sebagaimana berikut ini:

1. Berdo’a agar Allah mempertemukan dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan kuat, serta dalam keadaan bersemangat beribadah kepada Allah, seperti ibadah puasa, sholat dan dzikir.


Telah diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa dia berkata, adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdoa,

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

Catatan: Syaikh Al-Albani rahimahullah mendhaifkan hadits ini dalam kitab Dha’if al-Jaami‘ (4395) dan tidak mengomentarinya dalam kitab Al-Misykaah.

Demikian juga generasi terbaik terdahulu (as-salaf ash-shalih) berdoa agar Allah menyampaikan mereka pada bulan Ramadhan dan menerima amal-amal mereka.

Maka apabila telah tampak hilal bulan Ramadhan, berdoalah pada Allah:

“Allah Maha Besar, ya Allah terbitkanlah bulan sabit itu untuk kami dengan aman dan dalam keimanan, dengan penuh keselamatan dan dalam keislaman, dengan taufik agar kami melakukan yang disukai dan diridhai oleh Rabbku dan Rabbmu, yaitu Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan Ad-Darimi, dishahihkan oleh Ibnu Hayyan)

2. Bersyukur pada Allah dan memuji-Nya atas dipertemukannya dengan bulan Ramadhan.

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-Adzkaar,

“Ketahuilah, dianjurkan bagi siapa saja yang mendapatkan suatu nikmat atau dihindarkan dari kemurkaan Allah, untuk bersujud syukur kepada Allah Ta’ala, atau memuji Allah (sesuai dengan apa yg telah diberikan-Nya).”

Dan sesungguhnya di antara nikmat yang paling besar dari Allah atas seorang hamba adalah taufiq untuk melaksanakan ketaatan. Selain dipertemukan dengan bulan Ramadhan, nikmat agung lainnya adalah berupa kesehatan yang baik. Maka ini pun menuntut untuk bersyukur dan memuji Allah Sang Pemberi Nikmat lagi Pemberi Keutamaan dengan nikmat tersebut. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak dan pantas bagi keagungan Wajah-Nya dan keagungan kekuasaan-Nya.

3. Bergembira dan berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan.

Telah ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau dahulu memberi berita gembira pada para sahabatnya dengan kedatangan Ramadhan. Beliau bersabda,

“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa didalamnya. Pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga serta ditutup pintu-pintu neraka….” (HR. Ahmad)

Dan sungguh demikian pula as-salaf ash-shalih dari kalangan sahabat dan tabi’in, mereka sangat perhatian dengan bulan Ramadhan dan bergembira dengan kedatangannya. Maka kebahagiaan manakah yang lebih agung dibandingkan dengan berita dekatnya bulan Ramadhan, moment untuk melakukan kebaikan serta diturunkannya rahmat?

4. Bertekad serta membuat program agar memperoleh kebaikan yang banyak di bulan Ramadhan.

Kebanyakan dari manusia, bahkan dari kalangan yang berkomitmen untuk agama ini (beragama Islam), membuat program yang sangat serius untuk urusan dunia mereka, akan tetapi sangat sedikit dari mereka yang membuat program sedemikian bagusnya untuk urusan akhirat. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran terhadap tugas seorang mu’min dalam hidup ini, dan lupa atau bahkan melupakan bahwa seorang muslim memiliki kesempatan yang banyak untuk dekat dengan Allah untuk mendidik jiwanya sehingga ia bisa lebih kokoh dalam ibadah.

Di antara program akhirat adalah program menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan ketaatan dan ibadah. Seharusnya seorang muslim membuat rencana-rencana amal yang akan dikerjakan pada siang dan malam Ramadhan. Dan tulisan yang anda baca ini, membantu anda untuk meraih pahala Ramadhan melalui ketaatan pada-Nya, dengan ijin Allah Ta’ala.

5. Bertekad dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh pahala di bulan Ramadhan serta menyusun waktunya (membuat jadwal) untuk beramal shalih.

Barangsiapa yang menepati janjinya pada Allah maka Allah pun akan menepati janji-Nya serta menolongnya untuk taat dan memudahkan baginya jalan kebaikan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْراً لَهُمْ )محمد : 21(

“Maka seandainya mereka benar-benar beriman pada Allah, maka sungguh itu lebih baik bagi mereka.”
(QS. Muhammad:21)

6. Berbekal ilmu dan pemahaman terhadap hukum-hukum di bulan Ramadhan.

Wajib atas seorang yang beriman untuk beribadah kepada Allah dilandasi dengan ilmu, dan tidak ada alasan untuk tidak mengetahui kewajiban-kewajiban yang diwajibkan Allah atas hamba-hamba-Nya. Di antara kewajiban itu adalah puasa di bulan Ramadhan. Sudah sepantasnya bagi seorang muslim belajar untuk mengetahui perkara-perkara puasa serta hukum-hukumnya sebelum ia melaksanakannya (sebelum datang bulan Ramadhan), agar puasanya sah dan diterima Allah Ta’ala.

فَاسْأَلوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ) الأنبياء :7(

“Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”
(QS. Al-Anbiya’:7)

7. Wajib pula bertekad untuk meninggalkan dosa-dosa dan kejelekan, serta bertaubat dengan sungguh-sungguh dari seluruh dosa, berhenti melakukannya serta tidak mengulanginya lagi.


Karena bulan Ramadhan adalah bulan taubat. Barangsiapa yang tidak bertaubat di dalamnya, maka kapankah lagi ia akan bertaubat? Allah Ta’ala berfirman,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ) النور : 31(

“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.”
(QS. An-Nur: 31)

8. Mempersiapkan jasmani dan rohani dengan membaca dan menelaah buku-buku serta tulisan-tulisan, serta mendengarkan ceramah-ceramah islamiyah yang menjelaskan tentang puasa dan hukum-hukumnya, agar jiwa siap untuk melaksanakan ketaatan di bulan Ramadhan.

Demikian pulalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersiapkan jiwa-jiwa para sahabat untuk memanfaatkan bulan ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sempat bersabda pada akhir bulan Sya’ban,

Telah datang pada kalian bulan Ramadhan...(sampai akhir hadits).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)


9. Mempersiapkan dengan baik untuk berdakwah kepada Allah Ta’ala di bulan Ramadhan, melalui:

Menghadiri pertemuan-pertemuan serta bimbingan-bimbingan dan menyimaknya dengan baik agar dapat disampaikan di masjid di daerah tempat tinggal.
Menyebarkan buku-buku kecil, tulisan-tulisan serta nasehat-nasehat tentang hukum yang berkaitan dengan Ramadhan kepada orang-orang yang shalat serta masyarakat sekitar.
Menyiapkan “hadiah Ramadhan” sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Hadiah tersebut dapat berupa paket yang didalamnya terdapat kaset-kaset dan buku kecil, yang kemudian pada paket tersebut dituliskan “hadiah Ramadhan”.
Memuliakan fakir dan miskin dengan memberi sedekah serta zakat untuk mereka.

10.Menyambut Ramadhan dengan membuka lembaran putih yang baru, yang akan diisi dengan:

Taubat sebenar-benarnya kepada Allah Ta’ala.
Ta’at pada perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meninggalkan apa yang dilarangnya.
Berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, saudara, istri atau suami serta anak-anak.
Berbuat baik kepada masyarakat sekitar agar menjadi hamba yang shalih serta bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Seutama-utama manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”

Demikianlah seharusnya seorang muslim menyambut Ramadhan, seperti tanah kering yang menyambut hujan, seperti si sakit yang membutuhkan dokter untuk mengobatinya dan seperti seseorang yang menanti kekasihnya.

“Ya Allah pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan dan terimalah amalan kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”


“Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”




Penerjemah: Ummu Ahmad Juwita Laila Ramadhan
Murojaah: Abu Rumaysho Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslimah.or.id

Muslimah Cantik, Bermahkota Rasa Malu

“Muslimah cantik, menjadikan malu sebagai mahkota kemuliaannya…” (SMS dari seorang sahabat)

Membaca SMS di atas, mungkin pada sebagian orang menganggap biasa saja, sekedar sebait kalimat puitis. Namun ketika kita mau untuk merenunginya, sungguh terdapat makna yang begitu dalam. Ketika kita menyadari fitrah kita tercipta sebagai wanita, mahkluk terindah di dunia ini, kemudian Allah mengkaruniakan hidayah pada kita, maka inilah hal yang paling indah dalam hidup wanita. Namun sayang, banyak sebagian dari kita—kaum wanita—yang tidak menyadari betapa berharganya dirinya. Sehingga banyak dari kaum wanita merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu, sementara Allah telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاء

“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah no. 4181. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,

الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر

“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya 1/73. Al Hakim mengatakan sesuai syarat Bukhari Muslim, begitu pula Adz Dzahabi)

Begitu jelas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memberikan teladan pada kita, bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan.

Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat penciptaan wanita—yang seharusnya—menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria.

Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang artinya; ‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya’, Allah telah menetapkan hak bagi wanita sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.

Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini…

Di zaman ini justeru banyak wanita yang memilih mendapatkan mahkota ‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos kecantikan para wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga kecantikan tubuh diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari emas permata. Para wanita berlomba-lomba mengikuti audisi putri-putri kecantikan, dari tingkat lokal sampai tingkat internasional. Hanya demi sebuah mahkota dari emas permata dan gelar ‘Miss Universe’ atau sejenisnya, mereka rela menelanjangi dirinya sekaligus menanggalkan rasa malu sebagai sebaik-baik mahkota di dirinya. Naudzubillah min dzaliik…

Apakah mereka tidak menyadari, kelak di hari tuanya ketika kecantikan fisik sudah memudar, atau bahkan ketika jasad telah menyatu dengan tanah, apakah yang bisa dibanggakan dari kecantikan itu? Ketika telah berada di alam kubur dan bertemu dengan malaikat yang akan bertanya tentang amal ibadah kita selama di dunia dengan penuh rasa malu karena telah menanggalkan mahkota kemuliaan yang hakiki semasa di dunia.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128) Di antara makna wanita yang berpakaian tetapi telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/191)

Dalam sebuah kisah, ‘Aisyah radhiyyallahu ‘anha pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata,

إن كنتن مؤمنات فليس هذا بلباس المؤمنات وإن كنتن غير مؤمنات فتمتعينه

“Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.” (disebutkan dalam Ghoyatul Marom (198). Syaikh Al Albani mengatakan, “Aku belum meneliti ulang sanadnya”)

Betapa pun Allah ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita—kaum wanita—terhadap mahkota yang ada pada diri kita. Namun kenapa ketika Allah sendiri telah memberikan perlindungan kepada kita, justeru kita sendiri yang berlepas diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan kita pun hilang di telan zaman?

فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 13)

Wahai, muslimah…

Peliharalah rasa malu itu pada diri kita, sebagai sebaik-baik perhiasan kita sebagai wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu), kau harus menelanjangi dirimu di depan public.

Wahai saudariku muslimah…

Kembalilah ke jalan Rabb-mu dengan sepenuh kemuliaan, dengan rasa malu dikarenakan keimananmu pada Rabb-mu…

Jogja, Jumadil Ula 1431 H
Penulis: Ummu Hasan ‘Abdillah
Muroja’ah: Ust. Muhammad Abduh Tuasikal

Referensi:
Yaa Binti; Ali Ath-Thanthawi
Al Hijab; I’dad Darul Qasim

~Menjaga Hati~

♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸​¸❤¸¸.•*¨*•♫♪

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh~
ya Ukhti wa Akhi Firahmatillah~

Untukmu,
Wahai saudara-saudariku ^_^
DAN Juga untuk diri saya yang juga masih membutuhkan proses belajar yang terus menerus yang kiranya insyaAllah bisa menjadi Al Muslimatu 't Taqiyyah ...


♥ ......... Amin Ya Allah Tabaroka Wa Ta'Ala ......... ♥
Dan sungguh yang menulis ini juga berharap demikian kepada saudara-saudariku sekalian~

♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸​¸❤¸¸.•*¨*•♫♪

Ya Muslim wa Muslimah

Menjaga lisan sesungguhnya merupakan salah satu upaya menjaga hati. Benar bahwa apa yang diucapkan adalah representasi dari apa yang ada dalam hati dan pikiran.

Namun, ketika Anda melakukan ghibah dan namimah, maka sesungguhnya Anda telah menanamkan dan memupuk kebencian terhadap orang lain dalam hati dan otak Anda.

Semakin sering Anda meliarkan lisan Anda, semakin besar pula kebencian dalam hati Anda. Lebih lanjut – secara psikologis – Anda akan selalu terbawa emosi, kehilangan rasionalitas, dan selalu dalam kondisi tertekan. Sebaliknya, ketika Anda berusaha untuk tidak melakukan ghibah atau namimah, maka hati Anda akan tertata. Benih-benih kebencian dan amarah sedikit demi sedikit akan menghilang. Keuntungannya, rasionalitas Anda akan terjaga, dan emosi Anda akan stabil. Pada akhirnya, Anda akan dapat menjalankan aktivitas dengan baik.


Semoga Allah SWT senantiasa menjaga diri kita, sehingga diri kita senantiasa berada dalam kebaikan. Amin ya Allah Tabaroka Wa Ta'ala ...

Wallahu 'Alam Bishawab~

♪♫•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*•♫♪♪♫•*¨*•.¸​¸❤¸¸.•*¨*•♫♪

_________$$$$$$$$_____________​______$$$$$$$$
______$$$________$$___________​____$$________$$$
____$$_____________$$_________​__$$_____________$$
___$_________________$$_$$$$$_​$$_________________$
___$___________________$_____$​___________________$
___$___________________$_____$​___________________$
___$_______________$$$$$_____$​$$$$_______________$
___$______________$____$_____$​____$______________$
____$__________________$_____$​__________________$
____$________________$$$$$$$$$​$$________________$
____$_____________$$$_$___$___​$_$$$_____________$
_____$__________$$___$____$___​_$___$$__________$
_____$________$$____$$___$_$__​_$$____$$________$
______$______$_____$_$__$___$_​_$_$_____$______$
_____$$_____$_____$_$____$_$__​__$_$_____$_____$$
____$__$___$_____$__$_____$___​__$__$_____$___$__$
___$___$___$____$__$______$___​___$__$____$___$___$
__$_____$_____$$___$______$___​___$___$$_____$_____$
_$_______$$$$$____$______$_$__​____$____$$$$$_______$
$_________________$_____$___$_​____$_________________$
_$$$_____________$_______$_$__​_____$_____________$$$
____$$$__________$________$___​_____$__________$$$
_______$$$______$_________$___​______$______$$$
__________$$$$$$__________$___​_______$$$$$$
_________________________$_$
________________________$___$
_________________________$_$
__________________________$
__________________________$
__________________________$
_________________________$_$
________________________$___$
_____________$$$$$$$_____$_$__​___$$$$$$$
___________$$_______$$____$___​_$$_______$$
_________$$___________$$__$__$​$___________$$
________$_______________$_$_$_​______________$
_______$________________$_$_$_​_______________$
______$__________________$_$__​________________$
______$__________________$_$__​________________$
_____$____________________$___​_________________$
_____$____________________$___​_________________$
_____$____________________$___​_________________$
_____$________________________​_________________$
_____$________________________​________________$
______$_______________________​________________$
_______$______________________​_______________$
________$_____________________​______________$
_________$____________________​_____________$
__________$___________________​____________$
___________$__________________​___________$
____________$$________________​_________$$
______________$$______________​_______$$
________________$$____________​_____$$
__________________$$__________​___$$
____________________$$________​_$$
______________________$$_____$​$
________________________$$_$$
__________________________$

Anti Virus Hati :)

Bismillaahirrahmaanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ya Muslim wa Muslimah Firahmatillah...

Hati manusia tak ubahnya seperti internet.
Hati setiap saat mengakses peristiwa-peristiwa alam yang terlintas dalam jangkauan orbitnya.
Karenanya itu, hati senantiasa bergejolak bagaikan gelombang air lautan luas.

Bahkan menurut ibnu Qayim, frekwensi gelombang hati orang mukmin bagaikan gejolak air yang sedang mendidih, hati senantiasa mengakses segala peristiwa alam yang terlintas dan tersentuh oleh pancaindra.

Setiap peristiwa alam yang dapat tersentuh oleh pancaindra, secara otomatis akan direkam oleh hati.
Dan setiap sentuhan peristiwa alam tidak semuanya bermuatan nilai-nilai yang menyenangkan hati,
kadang menyenangkan, kadang menyusahkan, kadang netral, dan kadang simpatik,
kadang menggairahkan, kadang membosankan dan kadang-kadang negatif,
kadang merusak hati, kadang menyegarkan hati dan sebagainya.


Kalbu dunia akan lebih dominan menggairahkan dan menyenangkan nafsu.
Akibatnya hati pun menjadi simpatik dan pada gilirannya hati akan terlibat mencintai kilau dunia lalu akhirnya, dipenjara oleh nafsu.
Jika begitu hati tidak lagi bertahta sebagai raja didalam sosok tubuh manusia karena hati ditawan dan dipenjara oleh nafsu yang bekerja sama dengan iblis dan syetan.

Manusia yang seperti itu,oleh syeh Abdul Qadir Al Jailani disebut sebagai "budak dunia,
pengabdi nafsu, dan penyanjung syahwat,
sangat ideal dirinya tumbuh dan berkembang sebagai kayu bakar api neraka".


Agar hati tidak terkontaminasi oleh glamour dunia dan terpenjara oleh hawa nafsu,
maka Rasulullah SAW memberikan contoh agar didalam hati dipasang atau di INSTALL "Anti Virus Hati".


Dengan begitu setiap hati mengakses (merekam ) suatu peristiwa kehidupan yang didalamnya terkandung "virus" yang dapat mengotori atau merusak hati, akan dihadang oleh antivirus tersebut.

Asghar Al- Muzanni meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda :

"Terkadang timbul perasaan yang kurang baik di dalam hatiku.
Dan sesungguhnya aku memohon ampun ( bertobat) kepada Allah seratus kali dalam sehari " (HR Muslim)


Ibnu Umar r.a meriwayatkan bahwa pada suatu pertemuan, saya menghitung Rasulullah SAW membaca seratus kali, "Rabbi-gfir li wa tub 'alayya innaka antat-tawabul-gafur"
"Wahai Allah, ampunilah dosaku dan terimalah tobatku, karena engkau Maha penerima tobat dan maha pengampun" (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)


Wahai saudara/i ku sehati, seiman dan seperjalanan, setan berjalan pada setiap diri manusia mengikuti aliran darah. Hal itu telah disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sabda beliau ,


"Sesungguhnya setan mengalir didalam tubuh anak Adam laksana mengalirnya darah. Dan aku khawatir setan akan menyuruh hatimu untuk berbuat kejahatan " ( HR Bukhari dan Muslim)


Oleh karena itu, jika pada hati bani Adam tidak di "Install" anti virus hati, akan lumpuhlah hatinya termakan oleh virus-virus hati yang masuk bersama setan yang mengalir mengikuti aliran darah.

Jika Rasulullah SAW yang telah dijamin oleh Allah, dipuji oleh Allah dan dicintai oleh Allah dihati beliau masih juga ada penghalang dengan Allah, bagaimana hamba Allah seperti kita? Subhanallah, kesucian hanya bagi- Mu Ya Allah.

Allah berfirman didalam Al-Quran : "....Dan barangsiapa yang tidak mau bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim" (QS Al- Hujarat :11)

Konsekwensi bagi orang yang tidak mau bertobat atau orang yang zalim linafsihi adalah dibakar dalam neraka oleh Allah dalam keadaan berlutut, sebagaimana firmannya:

"Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (Neraka) dalam keadaan berlutut " (Maryam :72)

Sampai batas mana tobat manusia masih bisa diterima oleh Allah?

Rasulullah SAW bersabda di dalam sebuah hadis :

"Sesungguhnya Allah menerima tobat seorang hamba selagi dia belum sekarat (sakratul maut)" (HR Tirmidzi, ibnu majah, Ahmad, Ibnu Hibban dan Bagawi)

Sesungguhnya Allah akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang bertobat kepada-Nya , sebagaimana firman-Nya :

".... Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk orang yang bertobat kepada-Nya " (Ar-Ra'd : 27)

Qalbu

Dalam perjalanannya kepada Allah Azza Wa Jalla , qalbu itu bagaikan seekor burung. Cinta adalah kepalanya, takut dan harap adalah dua sayapnya. Bila kepala dan dua sayapnya sehat , tentu burung itu akan baik terbangnya; bila kepalanya terpotong , tentu ia akan mati, dan bila dua sayapnya terlepas, iapun akan menjadi incaran binatang pemangsa.
Bila qalbu kosong dari Cinta, takut serta harap, akan
rusaklah ia dengan kerusakan yang sulit diperbaiki lagi. Bila salah satu dari kedua itu lemah akan lemah pula imannya.
Seluruh kalbu yang mati bisa hidup dengan zikir sebagaimana tanah yang mati akan hidup dengan siraman hujan.
Sesuatu yang paling mulia adalah waktu dan kalbu. Apabila dibiarkan qalbu serta disia-siakan waktu, niscaya akan hilanglah berbagai faedah.
Jika engkau bebankan kepada qalbumu kerisauan dan beban dunia serta menganggap remeh wirid-wiridnya yang menjadi makanan pokok dan kehidupannya, maka engkau bagaikan musafir yang membebani tunggangannya diatas kemampuan serta tidak memenuhi makanan nya. Alangkah cepatnya tunggangan itu akan berhenti.


Robohnya bangunan qalbu disebabkan oleh rasa aman dan lalai; sedangkan berdirinya dengan rasa takut dan zikir.
Barangsiapa yang memukimkan qalbunya disisi Tuhannya, qalbunya akan tenag dan istirahat. Siapa yang membiarkannya ditengah-tengah manusia, ia akan goyah dan bertambah kegelisahannya.
Penyia-nyiaan yang paling besar yang merupakan pangkal dari setiap penyia-nyiaan adalah penyia-nyiaan qalbu dan penyia-nyiaan waktu. Penyia-nyiaan qalbu terjadi karena mengutamakan dunia atas akhirat, sedangkan penyia-nyiaan waktu terjadi karena panjang angan-angan.
Padahal berkumpulnya segala kerusakan terletak pada mengikuti hawa nafsu serta panjang angan-angan; sedangkan berkumpulnya segala kebaikan terletak pada mengikuti petunjuk serta mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah, dan hanya menjadikan Allah sebagai tempat meminta pertolongan.

Qalbu menjadi sakit sebagaimana badan menjadi sakit ,
sedangkan penyembuhannya terletak pada tobat dan pembelaan.
Qalbu akan berkarat sebagaimana berkaratnya cermin,sedangkan mengkilapnya dengan zikir.
Qalbu akan telanjang sebagaimana telanjangnya tubuh, sedangkan hiasannya adalah takwa.
Ia juga lapar dan haus sebagaimana tubuh, sedangkan makanan dan minumannya adalah pengetahuan, cinta, tawakal, kembali kepada Tuhan dan berbakti.

Orang yang yakin dengan kematian , mengapa masih bisa bergembira.
Orang yang mengetahui akan dekatnya hisab , bagaimana ia masih bisa berleha-leha.
Orang yang menyadari bagaimana Qalbu sering bolak –balik , kenapa masih bisa merasa aman...

Katakanlah kepada Qalbu yang menggembala ditaman bimbingan, “Berhati-hatilah melirik kepada hijaunya rerumputan yang disukai oleh keinginan jiwa rendah, karena makanan gembalamu itu lebih lezat dan minumannya lebih tawar

Penyakit Qalbu timbul dari dosa, sedangkan pangkal kesehatan lahir dan batin adalah taubat.
Bila mata kering dari tangisan karena takut kepada Allah, ketahuilah keringnya itu timbul dari kekerasan Qalbu.
Seseorang yang tidak jernih qalbunya kepada Allah berada dalam keterasingan dari setiap tatapan orang yang memandang

Didalam Qalbu terdapat kekusutan yang tidak dapat
diuraikan kecuali dengan mengarahkannya kepada Allah;
Terdapat keterasingan yang tidak dapat dihilangkan kecuali dengan keakraban dengan Allah dalam kesendiriannya.
Terdapat kesedihan yang tidak dapat dihilangkan kecuali dengan kegembiraan dalam mengenalnya dan kejujuran dalam bergaul dengan-NYA.
Terdapat kegelisahan yang tidak dapat ditenangkan , kecuali dengan berkumpul dengan-NYA serta lari dari kegelisahan menuju pada-NYA
Terdapat api penyesalan yang tidak dapat dipadamkan kecuali dengan Ridha terhadap perintah, larangan dan keputusan-NYA, disamping membiasakan sabar terhadap hal demikian sampai waktu pertemuan dengan-Nya
Terdapat tuntutan yang tidak berhenti sebelum Allah sendiri yang menjadi target-Nya.
Terdapat kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi kecuali oleh cinta kepada-Nya, kembali kepada-Nya, meneruskan zikir kepada-Nya, membenarkan keikhlasan kepada-Nya.
Seandainya dunia dan seisinya diberikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, niscaya tidak akan terpenuhi selamanya.

Qalbu orang-orang saleh dan bertakwa bergantung pada kesudahannya.


Wallahualam bishawab
(Referensi : Abdul Hadi bin Hasan Wahbi “Menuju Kesucian Hati” )

♥ SEPERTI CINTA-Kita YANG MENGHARAP RIDHA-NYA ♥

Cintaku apakah seperti angin,
yang berhembus menyejukkan,
membelai hati yang merindukan
lalu tiba- tiba berubah menjadi taufan ganas yang menghancurkan

Atau seperti matahari yang memberi kehidupan dan kehangatan,
tetapi saat hati terlukakan,
sinarnya membakar bumi, hingga tak ada lagi kehidupan

Atau seperti purnama, yang terang menyejukan,
alam buana dibuai impian dengan sejuta keindahan,
tetapi bila kelam itu datang, purnamapun padam,
buana dicekam kegelapan, semua makhluk ketakutan

Tidak aku tak ingin seperti itu,
cintaku adalah keikhlasan hati yang selalu memberi tanpa upah
atau ada niat yang tidak terpuji.

Cintaku adalah hanya mengharapkan ridho dan kasihNYA semata,
dalam mengharap bahagia selamanya
saat diriku dan dia bertemu kembali di hari akhir nanti


♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


Tidak, kami tidak ingin seperti itu Ya Rabb

***
Ya Rabb
bila cinta itu seperti angin,jadikanlah ia angin yang menyejukkan
Yang dengan nya Engkau tiupkan belaian kasih MU
Yang dengannya Engkau izinkan hambaMU
bercengkrama dalam sejuknya Cinta MU


Bila Cinta itu seperti matahari, jangan biarkan dia membakar bumi
Jadikanlah kehangatannya memberikan kehidupan,
Sehingga kami tidak terbakar didalamnya , kehangatan yang Engkau janjikan
Pada hati-hati yang bercinta kasih karena MU ,
hangatnya Kasih Ilahi


Ya Rabb
Bila cinta itu cahaya jangan jadikan ia seperti lilin
Yang memberi cahaya pada sekitarnya
sementara dirinya sendiri hancur , meleleh dan terbakar
Tapi .... Rabb...
jadikanlah ia bagai lentera, dua lentera jiwa
Yang menerangi sekitarnya,
juga dirinya dan menerangi alam semesta


Ilahi...
Bila cinta itu indah,
jangan sampai ternoda oleh nafsu yang Engkau tidak ridhai
Jadikanlah Dia indah, semata karena ada RidhaMU mengiringi

Rabb
bila cinta itu airmata,
Lihatlah airmata yang mengalir disana,
Lihatlah kerinduan yang tak tertahankan
Jadikanlah kerinduan itu ,kerinduan yang memabukkan
karena mengharap Cinta kasih MU,
bukan yang melenakan sehingga kami kelak menyesali diri


Rabb ...
Ketika Engkau lihat cucuran airmata
menganak sungai di pipi ini
Jangan hinakan aku dimata dia dan juga Engkau Ya Rabb
Karena ketidakmampuanku menahan diri
Ketidak mampuanku menjalankan islam secara kaffah
Ketidakmampuanku menjadi hamba yang Engkau muliakan
Karena aku hanyalah hamba MU yang berjalan dalam takdirMU
Berusaha mengharap ridhaMU,
Jadikanlah airmata ini sebagai saksi atas kelemahan hambaMU
Memohon kasih MU,
Jadikan airmata ini ,bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Tuhan-nya
Akan ketidak mampuannya,
Jadikan ia butiran mutiara yang dengannya Engkau payungkan perlindungan MU
Yang dengan nya Engkau muliakan hambaMU
Yang dengan nya Engkau pindahkan kami
Dari hinanya kemaksiatan kepada kemuliaan taat...
Rabb... lindungi kami...

Rabb...
Bila kami tidak mendapatkan apa yang kami inginkan
Pilihkanlah jalan yang Engkau muliakan untuk kami
Bila didunia ini tidak ada jalan buat kami
Kumpulkanlah kami kelak, karena kuasaMU
Saat Engkau memuliakan hamba-hamba MU
Saat Engkau menegakkan keadilanMU
Saat Engkau panggil kami sebagai Kekasih
Dan Engkau izinkan kami berjalan seiring bergandengan tangan
Saling meraih , saling menarik menuju Jannah MU...


Subhanallah..Allahu Akbar
Sesungguhnya tidak ada yang mustahil bagiMU ,Ya Rabb
Tidak ada yang tidak mungkin bagi MU , Ya Ilahi
Bila di dalamnya Engkau inginkan kebaikan bagi hamba MU..
Temukan kami di mimbar CahayaMU...
Mimpi terakhir , Mimbar harapan
Dua lentera jiwa...
yang tidak ingin padam...
Aamiin Ya Rabbal alamiin...

(¯`v´¯)
`•.¸.•´`•.♥

`•.¸.•´♥♥♥`•.¸.•´

♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Mencari Kerdipan Yang Hilang ^_^


Kadangkala,
Kita terpaku mencari jawapan kehidupan,
Berlari dan terus berlari,
Mengharapkan penghujung yang sejati,
Tercungap-cungap mencari nafas ketenangan hakiki,
Lantas kita berhenti sebentar,
Refleksi diri yang kian gentar,
Bertanya semula kepada kalbu yg keletihan,
Apa yang engkau lari-larikan?
Apabila hakikatnya,
Kebahagiaanmu tersuluh di depan mata,
Kemuliaanmu terpancar hatta di celah-celah kota,
Walau dunia penuh pancaroba,
Dirimu sentiasa menanti masa,
Mencari, dan terus mencari.

Kerdipan Yang Hilang...


Kilauan kerdipan mereka laksana bulan yang hadir pada malam hari, menerangi seluruh pelosok dunia dengan kecantikan budi pekerti dan akhlak yang terpuji.
Ketika Allah menciptakan mereka, kesemuanya harus menjadi seorang yang istimewa. Dikurniakan dengan bahu yang cukup kuat untuk menampung fatamorgana dunia. Namun, harus cukup lembut untuk memberikan ketenangan dan kebahagiaan.
Meskipun dilitupi dengan 'selendang islami' dan hijab kemuliaan, mereka dikurniakan Allah dengan kekuatan dalaman yang abadi, cukup kuat untuk melahirkan anak dan menahan mehnah tribulasi yang seringkali datang daripada anak itu..
Allah menguji mereka dengan kekerasan dan kesengsaraan agar dirinya tetap tabah ketika orang lain sudah menyerah. Mengasuh keluarganya meskipun ditemani dengan penat lelah yang tidak pernah henti walau sesaat.
Allah memberikan kefahaman dan sifat penyayang yang tinggi kepada mereka, demi menahan kerenah anak-anak yang sering menyakitkan hati mereka, tetapi tetap jua anak itu disayangi tanpa kurang walaupun sedikit.
Allah memberinya kekuatan untuk 'mendukung' suaminya yang dilanda kegagalan dan kesusahan. Melengkapi 'tulang rusuk' kebahagiaan yang selama ini dicari.
Dikurniakan air mata untuk dititiskan. Namun, ramai yang tidak tahu, titisan-titisan itulah yang telah banyak melahirkan 'lautan ibrah' yang luas terbentang buat tatapan sanubari.

Itulah mereka. Insan-insan yang bergelar WANITA.

Kalianlah pencorak masa hadapan dunia. Tidak ada insan selain Nabi Adam yang melihat dunia ini tanpa bermula daripada rahim seorang insan yang bergelar wanita. Keluarkanlah nama-nama yang tersemat di lubuk pemikiran kita, hebat ataupun tidak insan tersebut. Mereka semua melalui alam rahim yang sama seperti kita semua, diasuh dan dijaga dengan penuh kasih sayang. Daripada saat kita merangkak, berjalan sehinggalah mampu berlari, insan-insan ini tidak pernah meninggalkan kita.
Maka, adakah sesiapa yang berani merendah-rendahkan kaum ini ?
Ya. Kita yang bergelar ar-rijal (lelaki).
Mengakulah betapa kesengsaraan akan menimpa dirimu tanpa belaian kasih dan sayang daripada kaum yang bergelar wanita ini.
Mengakulah betapa hati-hatimu sentiasa teruji hatta hanya dengan mendengar bingkisan suara mereka yang penuh kelunakan.
Sedangkan Adam sunyi tanpa Hawa. Apakah agaknya yang tiada di Syurga ?
Masihkah kita tidak ingin mengaku kehebatan mereka yang bisa melentur peribadimu secara total?

Tetapi,

Mengapa golongan ini juga yang engkau permain-mainkan maruahnya?
Kenapa mereka juga yang engkau siul-siulkan di tengah jalan itu?
Kenapa srikandi-srikandi ini juga yang engkau rosakkan akhlak dan peribadinya?
Diri kita fitrahnya dilahirkan sebagai seorang pemimpin. Untuk membimbing kaum hawa ini satu obligasi, bukan ilusi.
Dirimu adalah Qowwamun (Pelindung) kepada wanita, bukannya perosak.
Mengajak mereka berdua-duaan di tempat gelap itu bukan 'melindungi' namanya.
Bicara manis dan romantis di telefon dan SMS itu pula hanyalah 'insuran' palsumu. Sedangkan sijil nikahmu dengannya pun belum ada, betapa beraninya dirimu mengatakan akan mendaki Gunung Everest dan merentas lautan api demi meraih cintanya.
Cinta? Itu sesuatu yang agak panjang untuk kita bincangkan.
Apa yang penting, cinta kepada insan itu terletak pada pembentukan Baitul Muslim mu. Bukan pada hubungan-hubungan palsu yang kita 'jaga' dan sanjungi itu.
Cinta itu juga Islam. Maka, keadaannya perlulah Islam, pengakhirannya perlulah Islam, bukannya disaluti dengan nafsu yang bergejolak.
Maka, bertanyalah semula kepada diri kita. Adakah kita sedang 'memimpin' cinta kita ke arah syurga? Ataupun ke arah neraka?
Duhai dikau yang bergelar srikandi.
Dirimu pada dasarnya dicipta dengan penuh kemuliaan. Dikurniakan dengan sesuatu yang mustahil dimiliki oleh ayah, adik, dan abangmu.
Ketahuilah betapa suara lunakmu bisa menggegarkan dunia.
Sedarilah betapa pandangan dan peribadimu melahirkan ibrah yang menggunung.
Dirimu begitu berharga sebagai penenang hati-hati yang sedang gundah gulana.
Dirimu lebih kuat daripada yang apa engkau sangkakan.
Sedangkan sebuah kerajaan pun boleh jatuh disebabkan seorang wanita. Apatah lagi untuk menghancur-luluhkan kehidupan seorang lelaki yang berpenyakit hatinya.
Engkau ibarat mawar yang berduri. Sentiasa berdiri menahan bayu cabaran yang mendatang. Hatta kumbang datang untuk membinasa, duri dahanmu tetap bersedia, tetap tidak pernah hilang harga diri, meski dipujuk dan dirayu oleh nafsu sendiri. Melainkan syariat yang memberi.
'Facebook' dan blog itu bukan tempat manifestasi kecantikan paras rupamu.
Nilai maruahmu begitu tinggi untuk ditayangkan kepada yang bukan hak.
Jangan! Jangan digadaikan untuk sesuatu yang tidak setaraf dengan nilai harga dirimu ya ukhti.
Kecantikanmu bukan pada paras rupa, tetapi lebih kepada akhlak dan peribadimu yang suci itu.
Seorang wanita solehah dalam kalangan kalian itu hakikatnya lebih baik daripada 70 orang lelaki soleh. Tidak hairanlah sekiranya dirimu mendapat pengiktirafan 'sebaik-baik perhiasan dunia, adalah wanita yang solehah'.
Wanita solehah itu,
Teguh menjunjung syariat Allah. Dia tidak akan pernah membiarkan dirinya menjadi busur panahan syaitan. Diperalatkan untuk mengumpan kaum Adam yang kadangkala terlalu gopoh dengan hawa nafsu masing-masing.

Wanita solehah itu,

Sentiasa tenang jiwa sanubarinya. Mengingati Allah di saat suka dan duka.
Ya. Hatta diuji dengan ujian yang boleh sahaja membuatkan insan lain tersungkur jatuh. Tetapi bukan engkau, kerana kelebihanmu terletak pada ketenangan dan kesucian hatimu di sisi Allah SWT.
Betapa tingginya darjatmu di sisi Islam.

Betapa mulianya kedudukanmu di sisi para suami yang mencintaimu kelak.
Maka, mengapa perlu berfikir dua kali apabila Allah arahkan untuk menutup aurat ya ukhti?

Mengapa perlu ditayangkan perhiasan-perhiasan yang tidak berhak dipandang oleh lelaki-lelaki ajnabi itu ya ukhti?

Bukannya kalian tidak tahu..hati ar-rijal (lelaki) itu mudah sahaja bergetar melihat diri kalian semua. Mencari kesempatan yang kini ada daripada kalian yang memberinya dengan mudah. Kemudian terlahirlah pelbagai kemaksiatan yang bertunjangkan kepada satu masalah keimanan kita kepada Allah SWT.
Pandangan Allah ataupun pandangan manusia. yang mana satukah agaknya prioriti utama yang kita jadikan sebagai pemandu tindak laku kita di dunia ini?


Wahai srikandi-srikandi syurga.
Bukanlah artis-artis dunia yang menjadi idola kalian.
Bukan juga yang terlari daripada landasan matlamat yang hakiki.
Kalian menjadi sayap kiri kepada kebangkitan Islam di dunia ini, bersama-sama berjuang dengan para Muslimin.

Sejarah mencatatkan banyak jejak-jejak srikandi yang begitu tabah lagi halus peribadinya. Mengapa bukan mereka yang menjadi contoh ikutan utama?
Sesetengah orang pernah berkata, sejarah itu ibarat pentas bermain wayang. Dibaca dan kemudian diulang, dan diulang, dan diulang. Berapa kali pengulangankah agaknya yang diperlukan oleh diri kita untuk menyedari kehebatan para mujahidah Islam dahulu kala?

Kesetiaan pengorbanan Siti Khadijah Binti Khuwailid hampir lupus dek zaman 'futuristik' muda-mudi.
Kebijaksanaan Aisyah Binti Abu Bakar seolah-olah sesuatu yang benar-benar luar biasa bagi kita semua.
Ketabahan Fatimah, Mashitah dan Siti Hajar pula nampaknya hanya dipelajari dengan titisan air mata. Kesayuan dan kesedihan yang selalu tidak mempunyai penyusulan.

Ya ukhti.

Sumayyah mengukir sejarah kerana kemantapan akidahnya kepada Allah SWT, meskipun pada saat itu Islam belum lagi melakar dua pertiga dunia. Tetapi kisah dirinya benar-benar membuatkan kita sebak.
Kita pula? Apa sejarah yang ingin kita lukiskan dalam kehidupan kita ini?
Kita tahu dan kita percaya. Tidak mustahil untuk kita membentuk semula peribadi insan-insan yang luar biasa ini. Cuma persoalannya, siapa?
Tidak kira yang lelaki mahupun wanita. Kita wajar mencontohi kehebatan mujahidah-mujahidah islam ini dengan mengambil ibrah daripada lembaran perjuangan mereka yang tidak pernah gentar menghadapi musuh, kerana diri merekalah contoh wanita solehah yang terbaik buat kita semua.
Merekalah...
Kerdipan yang hilang itu.

Ya Rijal dan Nissa.

Janganlah kita biarkan kerdipan itu pergi begitu sahaja. Carilah kilauannya yang terang itu. Kesemuanya sudah tersuluh, cuma menunggu masa untuk kita memakai 'kaca mata' iman dan Islam kita.
Marilah kita sama-sama menukar paradigma kita. Meletakkan sesuatu itu di landasan yang hakiki, lantas mampu membuat keputusan dengan minda yang mustanir (cemerlang). Insya Allah, suatu masa nanti, pasti kerdipan yang hilang itu akan kembali menerangi kegelapan dunia.

" Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya, bahawa Ia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikan-Nya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan". (Ar-Rum 30:21)
abcs